GAMBARAN UMUM JEMAAT GMIM HALELUYA KAYUUWI
Oleh: Vic. Pdt. Franky Daniel Mamahit, S.Teol
Desa kayuuwi yang dihuni oleh wanua kayuuwi memiliki berbagai keunikan
yang menjadi kekhasan tersendiri. Untuk mengenal Desa Kayuuwi atau Roong Kayuuwi sebagai ibukota Kecamatan
Kawangkoan Barat maka penjelasan berikut memberikan imformasi yang lengkap sekalipun
diuraikan secara ringkas.
A.1 Asal kata Kayuuwi dan perkembangannya.
Secara
etimologi[1]
kata Kayuuwi berasal dari dua kata
yaitu, pertama: kayu ma uwi (Bahasa toumtemboan) yang artinya pohon kayu
yang berumbi-umbi, atau pohon kayu yang akarnya menyerupai ubi/umbi. Kedua: kayu kale uwi (bahasa toumtemboan) yang
artinya pohon kayu yang dibawahnya atau disekitarnya banyak terdapat ubi-ubian.
[2]
Pengertian lain dari kayuuwi diambil berdasarkan alasan budaya tata krama yg
cukup tinggi dalam menyambut seseorang yang datang kesuatu tempat atau asalnya,
harus dengan sapaan yg penuh hormat: " Ni
ma'ayo re'e se tou marenak anduru indoyongan maroyong ing Kayumauwi"
kemudian dalam perkembangan sapaan ini berubah menjadi " nima'ai re'e se Kayumauwi"
selanjutnya istilah ini menjadi Kayumauwi
atau "Kayuuwi ".
Berdasarkan cerita orang-orang tua,
penduduk desa kayuuwi pertama berasal dari Tombasian yaitu Piay dan Karengis.
Mereka adalah pemburu yang kemudian menemukan suatu lokasi yang kaya akan
binatang dan bahan makanan lainnya sekitar tahun 1.500 M. Tempat ini bernama Nimanga yang sekarang bernama perkebunan
Wurucik atau lebih dikenal oleh orang
kayuuwi dengan sebutan Mawale[3].
Sebelumnya juga dari wanua Tontumaratas (sekarang desa toure) yang berjumlah delapan orang, Seorang
dari mereka bernama Kapero mencari nafkah lewat perburuan binatang yg menjadi
makanan utama. Mereka menyusuri hutan mengikuti penjuru mata angin ke barat
sampai mereka tiba di sebuah tempat dibawah pohon Wasian dan akhirnya mereka
menetap disana. Dikarenakan tempat mereka tinggak semakin padat, menyebabkan
lahan berburu semakin sempit, hal ini membuat mereka berusaha mencari tempat
baru.
Dalam
perkembangannya ketika penduduk kayuuwi mula-mula di Mawale semakin bertambah maka penduduk berpindah ke tempat yang
lebih luas dan terbuka di sebelah selatan/tenggara, di sebelah barat sungai
Kayuuwi, diperkebunan yang bernama usu
(Sekarang adalah SD Inpres dan sekitarnya). Kemudian penduduk kayuuwi semakin
meluas ke selatan sekitar jalan raya Amurang.[4
A.2 Pemerintahan Desa Kayuuwi Raya sampai
sekarang
A.2.1 Letak Geografi dan luas wilayah
Desa
Kayuuwi berada di tengah-tengah tanah Toar Lumimuut Tanah Minahasa yang termasuk dalam Wilayah
Kecamatan Kawangkoan Barat berada pada ketinggian kira-kira 700 meter diatas
permukaan laut dengan iklim dingin/ sejuk. Suhu rata-rata 27 * C dengan batas
wilayah sebagai berikut:
Ø Utara
: Desa Kiawa
Ø Selatan
: Desa Kanonang Satu
Ø Barat
: Desa Tombasian Atas
Ø Timur
: Kelurahan Talikuran dan
Kelurahan Sendangan
Desa
Kayuuwi Raya memiliki luas wilayah 384 Ha yang terdiri dari:
Ø Luas
Pemukiman = 17 Ha
Ø Luas
Perairan = 87 Ha
Ø Luas
Ladang = 197 Ha
Ø Lain-lain
= 54 Ha
Ø Jumlah
= 384 Ha
Adapun
Penduduk desa kayuuwi Raya berjumlah 573 KK dengan jumlah 1.922 Jiwa. Untuk
pemeluk agama sebagai berikut:
-
Kristen Protestan
-
GMIM = 1.901 Jiwa
- Pantekosta = 12 Jiwa
- Advent = 3 Jiwa
Kristen
Katolik = 5 Jiwa
Untuk
Pekerjaan
·
Petani = 725 orang
·
Tukang = 239 orang
·
Peternak = 94 orang
·
Pegawai negeri sipil / TNI = 49 orang
·
Pegawai swasta = 343 orang
o
Jumlah = 1.450 orang [5]
A.2.2 Pemerintahan Desa Kayuuwi
Di Kayuuwi pada mulanya dipimpin
oleh Tonaas yang disebut Ukung Tua (orang yang dituakan dan
menjadi pemimpin), istilah ini kemudian diperhalus oleh pemerintahan Belanda
menjadi Hukum Tua. Berikut para Tonaas atau Hukum tua yang pernah memimpin
Wanua Kayuuwi sampai sekarang:
1. Tonaas
Rorimpandey I (Tahun 1750-1800)
2. Tonaas
Rorimpandey II (Tahun 1800-1830)
3. Tonaas
Arnol Palar (Tahun 1830-1862)
4. Hukum
Tua Barnabaas Lintang (Tahun 1862-1892)
5. Hukum
Tua Estefanus Lapian (Tahun 1892-1916)
6. Hukum
Tua Herman Watung (Tahun 1914-1922)
7. Hukum
Tua Elvianus Lapian (Tahun 1922-1932)
8. Hukum
Tua Markus Lapian (Tahun 1932-1954)
9. Hukum
Tua Alexander Aring (Tahun 1954-1963)
10. Hukum
Tua Ayub Pedro Assa (Tahun 1963-1976)
11. Hukum
Tua J.H Watung (Tahun 1976-1979)
12. Hukum
Tua Hans Wiliam Lapian (Tahun 1980-1990)
13. Hukum
Tua Alex J. Walukow (Tahun 1990-1999)
14. Hukum
Tua Christian B. Rembet (Tahun 1999-2003)
15. Plh.
Hukum Tua Jhon J. Watung (Tahun 2003-Oktober 2003)
16. Pjb.
Hukum Tua Hengky Rondonuwu (Tahun 2003-Mei 2007)
17. Hukum
Tua Leopold Watung, BA (Tahun 2007-2009)
ü Tahun
2010 didefinitifkan menjadi kecamatan
Kawangkoan Barat terpisah dari Kecamatan
kawangkoan (induk) dengan pembagian dua wilayah pemerintahan yaitu Kayuuwi dan
kayuuwi I
Desa Kayuuwi
1.
Pjb. Hukum Tua Welem Raintung (Tahun 2010-juni
2011)
2. Plh. Hukum Tua Ronny Rorimpandey (Juni 2011 –
November 2011)
3.
Hukum Tua Welem Raintung (Tahun
2011-Sekarang)
Desa Kayuuwi 1
1. Pjb.
Hukum Tua Meiki Mamesah, SH (Tahun 2008- Juni 2011)
2. Plh.
Hukum Tua Vanly Rorimpandey (Juni 2011 – November 2011)
3. Hukum
Tua Meiki Mamesah, SH (November 2011-sekarang) [6]
B. Tentang Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi
Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi adalah
kedudukan Wilayah Kawangkoan dua yang menaungi 5 jemaat lainnya yaitu:
1. Jemaat
Kalvari Tombasian Atas,
2. Jemaat
Eben Heazer Tombasin Bawah,
3. Jemaat
Imanuel Ranolambot,
4. Jemaat
Bukit Sion Kanonang dan
5. Jemaat
Efrat Kanonang. Jemaat GMIM
Jemaat
juga memiliki 1 Sekolah Dasar GMIM Kayuuwi.
B.1. Cakupan pelayanan
Jemaat GMIM Haleluya kayuuwi
berjumlah 24 Kolom[7]
dilayani oleh 5 pendeta jemaat, 1 Guru Agama dan 1 Vikaris Pendeta:
1.
Pdt. Evlin Masie-Lintang, S.Th (Ketua
Jemaat)
2.
Pdt. Roy Oktavianus Palit, S.Th (Pendeta
Pelayanan)
3.
Pdt. Felmy Muaya-Sondak, S.Th (Pendeta
Pelayanan)
4.
Pdt. Melan Iroth-Massie, S.Th (Pendeta
Pelayanan)
5.
Pdt. Olvi Rembet-Lolowang, S.Th (Pendeta
PNS)
6.
GA. Heneke Asa-Poluakan sejak bulan
Agustus 2014 diganti oleh
GA.
Jois Sondak-Lumintang
7.
Vik. Pdt. Franky Daniel Mamahit, S.Teol
Badan
Pekerja Majelis Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi
Ketua : Pdt. Evelien Massie-Lintang,
S.Th
Wakil
Ketua : Pnt. Soni Rondonuwu, S.Pd
Sekretaris : Pnt. Andries Lintang, S.Pd
Bendahara : Sym. Hely Rorimpandey-Rondonuwu
Anggota : Pnt. Gerwin Masengi-Tikulembang
Pnt. Welem Raintung
Pnt. Marry Djaine Pandey-Aring
Pnt. Marry Kesek-Rembet
Pnt.
Laurenst S. Rembet (P/KB)
Pnt. Jane Rumagit-Kaligis, SE (W/KI)
Pnt. Vandry Kallo, S.Kep.NS (Pemuda)
Pnt. Vanly Rorimpandey (Remaja)
Pnt. Alvince Wokas-Aring (Anak)
Alat
kelengkapan Pelayanan yaitu Komisi-komisi, BIPRA, Kelompok Fungsional Lansia
Jemaat:
Komisi-Komisi
terdiri dari:
1.
Komisi Pengembangan Sumber Daya dan dana
2.
Komisi Pelayanan Doa dan Penginjilan
3.
Komisi Musik Gereja
4.
Komisi Pembangunan
BIPRA
terdiri dari
1.
BIPRA Jemaat
2.
BIPRA Rayon
Pria/Kaum
Bapa
-
P/KB Rayon Sion 1 (1-6)
-
P/KB Rayon Sion 2 (7-12)
-
P/KB Rayon Sejahtera 1 (13-18)
-
P/KB Rayon Sejahtera 2 (19-24)
Wanita/Kaum
Ibu
-
W/KI Rayon Rut (1-6)
-
W/KI Rayon Elizabeth (8-12)
-
W/KI Rayon Maria (13-18)
-
W/KI Rayon Debora (19-24)
Pemuda
-
Pemuda Rayon Bukit Sion (1-12)
-
Pemuda Rayon Maranatha (13-24)
Remaja
-
Remaja Rayon Bukit Sion (1-12)
-
Remaja Rayon Maranatha (13-24)
Anak
Sekolah Minggu
-
Rayon Talitakum (1-6)
-
Rayon Imanuel (7-12)
-
Rayon Galilea (13-18)
-
Rayon Anggel (19-24)
B.2. Keadaan ipoleksosbudhankamnas
Adapun keadaan Ipoleksosbudhankamnas
dapat diuraikan sebagai berikut:
B.2.1 Ideologi
Sebagai Gereja Tuhan Yang Tuhan
hadirkan di tanah Minahasa ini secara khusus GMIM Haleluya Kayuuwi dalam melaksanakan
Tugas panggilan Gereja Persekutuan (Marturia), Pelayanan (Koinonia), dan
Diakonia (Diakonia) sebagai perwujudan dari Iman Kepada Tuhan Yesus Kristus [8]
didasarkan pada Kesaksian Alkitab.
Untuk menata pelayanan yang ada maka
selalu mengaju pada Tata Gereja 2007 dan Adendum Tata Gereja 2007, sehingga
gerak pelaksanaan pelayanan selalu berjalan Bersama-sama (Ber-Synhodos) baik dalam aras Sinode,
Wilayah dan Jemaat.
B.2.2 Politik
Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi hadir
juga ditengah-tengah masyarakat desa kayuuwi Raya dalam partisipasi Politik
artinya mendatangkan damai sejahtera dan kesejahteraan yang merupakan amanat
Tuhan Allah atau misi Allah (Missio Dei). Untuk itu keaadan Politik yang ada di desa
kayuuwi sangat kondusif pasca pemilihan
Legislatif (DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, DPR RI dan DPD) DAN Pemilihan
Presiden RI.
B.2.3 Ekonomi
Roda perputaran Ekonomi di Jemaat
GMIM Haleluya Kayuuwi sangat baik mengingat jemaat Haleluya Kayuuwi yang pada
umumnya berprofesi sebagai Tukang dan sebagian sebagai petani, pegawai Negeri
dan Pegawai Swasta. Selain itu juga anggota jemaat memiliki kamauan untuk
mengembangkan diri demi kesejahteraan keluarga.
Banyak juga usaha-usaha pemberdayaan
ekonomi yang dibuat seperti kelompok-Kelompok Tani P/KB, W/KI, Pemuda dan
Remaja untuk menunjang segala program pelayanan yang ada. Selain itu ada juga
usaha-usaha kecil dan menengah seperti pembuatan souvenir dari batang kelapa
oleh Bapak Lukas Laaji. Semua ini menunjukan bahwa keadaaan ekonomi di jemaat
GMIM Haleluya Kayuuwi sangatlah baik.
B.2.4 Sosial budaya
Hidup dengan semangat gotong-royong
atau mapalus[9]
telah menjadi tabiat dan kebiasaan dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi. Hal ini
dapat dilihat dari Ibadah kerja[10]
sebagai bentuk merealisasikan Firman Tuhan[11]
dan banyaknya Rukun-rukun Keluarga yang ada yang mempererat hubungan
kekeluargaan satu dengan yang lainnya. Bahkan jemaat kayuuwi yang telah
berdomisii di tempat lain membentuk Rukun keluarga seperti: Rukun Keluarga Di
Jakarta, Rukun Keluarga di Manado, Rukun Keluarga di Bitung, dan
ditempat-tempat lain. Hal ini menunjukan bahwa persatuan kekelurgaan di antar
jemaat Kayuuwi sangat dipertahankan.
Selain itu juga budaya kayuuwi yang
merupakan kearifan lokal terus dipelihara karena mengikat rasa persaudaraan dan
kekeluargana satu dengan yang lainnya. Budaya tersebut ialah:
1. Budaya
“brantang”[12]
Budaya
“Brantang” adalah kebiasaan yang
terjadi pada peristiwa Duka. Budaya “Brantang”
sama dengan Kumawus hanya saja budaya
brantang tidak dilaksanakan Ibadah
Syukur seperti budaya Kumawus hanya
doa syukur kemudian makan bersama atau “brantang”
Dalam
budaya “brantang” yang dilaksanakan
pada saat peristiwa duka baik disaat sebelum atau sesudah peakaman, di mingguan
dan 40 hari. Untuk makanan tidak disediakan oleh keluarga melainkan oleh
anggota kerukunan yang ada di desa kayuuwi, di mana semua membawa bahan makanan
seperti beras dan uang atau batanda
untuk digunakan dalam pengolahan makanan dalam acara “Brantang”. Sesudah
makanan di siapkan maka semua akan makan bersama secara bergantian mengingat
banyak yang menghadiri acara “Brantang”
bahkan lebih banyak dari acara pemakaman.
2. Budaya
Kumiit[13]
Budaya
kumiit di adakan pada saat sesudah
acara pernikahan. Dalam budaya ini Perempuan yang telah berstatus sebagai Istri
tidak langsung tinggal dengan Sang Suami nanti keesokan harinya keluarga
Perempuan akan menghantar anak mereka di rumah dari sang suami dari anak mereka
dengan membawa berbagai perlengkapan rumah tangga dan Sembilan bahan pokok kemudian
dilaksanakan acara Kumiit. [14]
Acara
kumiit ini didahului dengan ibadah
syukur setelah itu ada petuah-petuah dari orang tua atau yang dituakan untuk
bekal dalam berumah tangga kemudian penyerahan perlengkapan dapur dan Sembilan
bahan pokok oleh yang dituakan di Keluarga, Ketua Jemaat/BPMJ/Pendeta, Hukum
Tua disertai dengan nasehat, sesudah itu makan bersama. [15]
3. Budaya
Sumakey[16]
Sumakey
artinya bertamu. Tamu yang di maksud adalah Anak yang telah lama diharapkan
kedatangannya dan para keluarga dan tetangga yang datang membawa makanan
sebagai wujud syukur sekaligus bertamu untuk melihat anak yang baru lahir.[17]
Adapaun tamu yang dimaksud bukan hanya para ibu-ibu yang sudah memiliki anak
tetapi juga para ibu-ibu yang belum memiliki anak sama-sama bersyukur dengan
keluarga [18]
Sampai
saat ini di jemaat kayuuwi masih mempertahankan budaya tersebut sebagai bentuk
kearifan lokal yang harus dilestarikan ditengah berbagai tantangan sekarang
ini. Sebab hal ini menjadi identitas dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi.
B.2.5 Pemerintahan dan keamanan
“Berbicara
jemaat berarti berbicara desa” ungkapan ini selalu dinyatakan baik pendeta,
Penatua, Sym, Hukum Tua, Kepala Jaga, Meweteng dalam setiap kesempatan
mengingat 99,9 % penduduk Desa Kayuuwi adalah Warga GMIM. Itu berarti hubungan
Gereja dan Desa terjalin dengan baik saling bekerja sama satu dengan lainnya
untuk kebaikan bersama.
B.2.6 Pendidikan
Jemaat GMIM Haleluya kayuuwi untuk
pendidikan sangat memadai. Jadi untuk Sumber Daya Manusia dari Jemaat sangat
baik. Banyak anggota jemaat yang telah mengalami keberhasila dalam karisnya baik
di bidang pemerintahan, di swasta, bahkan dalam karis Politik.
B.2.7 Kesehatan
Jemaat sangat menjaga kebersihan
lingkungan yang ada sebagai bagian dari iman. Dengan berbagai kegiatan
kebersihan lingkungan yang dilaksanakan baik Gereja maupun desa semakin
mendorong jemaat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena wabah malaria
sangat kecil di jemaat Haleluya Kayuuwi tinggal jemaat menjaga pola makan yang
sehat agar terhindar dari berbagai penyakit yang mematikan.
C. Tujuh peran Pendeta
Selama masa vikariat khususnya dalam
tahapan Praktek Kependetaan maka penulis diharapkan agar melakukan berbagai
bentuk kegiatan Pelayanan (Sebagaimana diatur dalam Petunjuk Pelaksaan masa
vikariat GMIM) dibawah bimbingan mentor jemaat dan mentor wilayah.
Adapun bentuk-bentuk pelayanan
tersebut diuraikan dalam tujuh peran pendeta yang berdasarkan Alkitab, yaitu:
1.
PERAN IMAM
Peran
pendeta sebagai Imam mempersiapakan ibadah, mengajarkan Firman Tuhan, melaksanakan
katekisasi, mengatur pemberian persembahan dan melihat/menyaksikan pelaksanaan
pelayanan Sakramen dan ibadah-ibadah peneguhan/pelantikan (komisi, Badan,
Panitia, Tim kerja).
2.
PERAN GEMBALA
Peran
pendeta sebagai gembala adalah melaksanakan tugas penggembalaan/ Pendampingan
Pastoral dalam rangka menjaga kehidupan jemaat agar memelihara jiwa dan rohani
serta memberikan perhatian
3.
PERAN PENGKHOTBAH
Peran
pendeta sebagai Pengkhotbah adalah memberitakan Firman Tuhan melalui khotbah
dalam setiap ibadah
4.
PERAN PENDIDIK
Peran
pendeta sebagai pendidik adalah memberikan pengajaran katekisasi,
memperlengkapi Pelayan Khusus, memperlengkapi Guru Sekolah Minggu,
memperlengkapi Komisi BIPRA, komisi kerja dan mengajarkan hidup sehat dan
melestarikan lingkungan hidup, dan sebagainya.
5.
PERAN PEMIMPIN
Peran
Pendeta sebagai pemimpin adalah memimpin rapat-rapat dan memimpin berbagai
kegiatan Gerejawi lainnya
6.
PERAN ADMINISTRATOR
Peran
pendeta sebagai administrator adalah melaksanakan tugas-tugas administrasi
Gereja dan merancang serta melaksanakan program jemaat
7.
PERAN PENELITI/PENGEMBANG
Peran
pendeta sebagai peneliti dan pengembang adalah melakukan berbagai riset atau
penelitian yang berkaitan dengan hal-hal yang urgen yang sedang terjadi di
jemaat, atau hal-hal yang menyangkut masalah teologis.
[1] Etimologi adalah asal asul kata
[2]
Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi, Sejarah
Jemaat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya
Kayuuwi, 2003), hal. 7
[3] Mawale berasal dari kata nimawale artinya
perumahan/tempat berdiam. Di mawale inilah terdapat waruga-waruga (tempat
penguburan orang mati, khusunya orang yang berpengaruh yang dianggap sakti)
[4]
Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi, Sejarah
Jemat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya
Kayuuwi, 2003), hal. 4-5
[5]
Data sensus Desa Kayuuwi
[6]
Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi, Sejarah
Jemat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya
Kayuuwi, 2003), hal. 7
[7]
Lih. Lampiran 1 untuk nama-nama Penatua dan Syamas
[8]
Bdk. Tata Gereja 2007 hal. 1
[9]
Mapalus bagi orang Minahasa memiliki makna kebersamaan dalam keadilan dan
persaudaraan. Lih. Tim kerja penerbitan buku penghormatan HUT Ke-80 Pdt. Prof.
DR. W.A. Roeroe, Melayani Gereja dan masyarakat secara utuh (Tomohon: UKIT
Press, 2013) hal. 159
[10]
Ibadah kerja dilaksanakn oleh jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sebagai bentuk
realisasi dari Firman Tuhan. Adapun bentuk ibadah kerja melalui bedah Rumah di
jemaat dan membantu pekerjaan yang ada digereja-gereja lain bahkan lewat bakti
social seperti membantu korban bencana alam di Manado.
[11]
Penjelasan dalam Khotbah Pdt. Evelien Massie-Lintang, S.Th
[12] Budaya Barntang akan ditelusuri lebih
mendalam dan akan dilaporkan pada laporan selanjutnya
[13]
Budaya Kumiit akan ditelusuri lebih
mendalam dan akan dilaporkan pada laporan selanjutnya
[14]
Pnt. Andries Lintang, S.Pd penjelasan dalam acara Kumiit
[15] Ibid
[16]
Budaya Sumakey akan ditelusuri lebih mendalam dan akan dilaporkan pada laporan
selanjutnya
[17] Wawancara dengan bpk. Fredy Masengi