Selasa, 24 Februari 2015

GMIM HALELUYA KAYUUWI


GAMBARAN UMUM JEMAAT GMIM HALELUYA KAYUUWI
Oleh: Vic. Pdt. Franky Daniel Mamahit, S.Teol
A.        Tentang Desa Kayuuwi Raya
            Desa kayuuwi yang dihuni oleh wanua kayuuwi memiliki berbagai keunikan yang menjadi kekhasan tersendiri. Untuk mengenal Desa Kayuuwi atau Roong Kayuuwi sebagai ibukota Kecamatan Kawangkoan Barat maka penjelasan berikut memberikan imformasi yang lengkap sekalipun diuraikan secara ringkas.
A.1      Asal kata Kayuuwi dan perkembangannya.
Secara etimologi[1] kata Kayuuwi berasal dari dua kata yaitu, pertama: kayu ma uwi  (Bahasa toumtemboan) yang artinya pohon kayu yang berumbi-umbi, atau pohon kayu yang akarnya menyerupai ubi/umbi. Kedua: kayu kale uwi (bahasa toumtemboan) yang artinya pohon kayu yang dibawahnya atau disekitarnya banyak terdapat ubi-ubian. [2] Pengertian lain dari kayuuwi diambil berdasarkan alasan budaya tata krama yg cukup tinggi dalam menyambut seseorang yang datang kesuatu tempat atau asalnya, harus dengan sapaan yg penuh hormat: " Ni ma'ayo re'e se tou marenak anduru indoyongan maroyong ing Kayumauwi" kemudian dalam perkembangan sapaan ini berubah menjadi " nima'ai re'e se Kayumauwi" selanjutnya istilah ini menjadi Kayumauwi atau "Kayuuwi ".
            Berdasarkan cerita orang-orang tua, penduduk desa kayuuwi pertama berasal dari Tombasian yaitu Piay dan Karengis. Mereka adalah pemburu yang kemudian menemukan suatu lokasi yang kaya akan binatang dan bahan makanan lainnya sekitar tahun 1.500 M. Tempat ini bernama Nimanga yang sekarang bernama perkebunan Wurucik atau lebih dikenal oleh orang kayuuwi dengan sebutan Mawale[3].  Sebelumnya juga dari wanua Tontumaratas (sekarang desa toure) yang berjumlah delapan orang, Seorang dari mereka bernama Kapero mencari nafkah lewat perburuan binatang yg menjadi makanan utama. Mereka menyusuri hutan mengikuti penjuru mata angin ke barat sampai mereka tiba di sebuah tempat dibawah pohon Wasian dan akhirnya mereka menetap disana. Dikarenakan tempat mereka tinggak semakin padat, menyebabkan lahan berburu semakin sempit, hal ini membuat mereka berusaha mencari tempat baru.
Dalam perkembangannya ketika penduduk kayuuwi mula-mula di Mawale semakin bertambah maka penduduk berpindah ke tempat yang lebih luas dan terbuka di sebelah selatan/tenggara, di sebelah barat sungai Kayuuwi, diperkebunan yang bernama usu (Sekarang adalah SD Inpres dan sekitarnya). Kemudian penduduk kayuuwi semakin meluas ke selatan sekitar jalan raya Amurang.[4
A.2      Pemerintahan Desa Kayuuwi Raya sampai sekarang
A.2.1   Letak Geografi dan luas wilayah
Desa Kayuuwi berada di tengah-tengah tanah  Toar Lumimuut  Tanah Minahasa yang termasuk dalam Wilayah Kecamatan Kawangkoan Barat berada pada ketinggian kira-kira 700 meter diatas permukaan laut dengan iklim dingin/ sejuk. Suhu rata-rata 27 * C dengan batas wilayah sebagai berikut:
Ø  Utara               : Desa Kiawa
Ø  Selatan            : Desa Kanonang Satu
Ø  Barat               : Desa Tombasian Atas
Ø  Timur               : Kelurahan Talikuran dan Kelurahan Sendangan
Desa Kayuuwi Raya memiliki luas wilayah 384 Ha yang terdiri dari:
Ø  Luas Pemukiman = 17 Ha
Ø  Luas Perairan = 87 Ha
Ø  Luas Ladang = 197 Ha
Ø  Lain-lain = 54 Ha
Ø  Jumlah = 384 Ha
Adapun Penduduk desa kayuuwi Raya berjumlah 573 KK dengan jumlah 1.922 Jiwa. Untuk pemeluk agama sebagai berikut:
-          Kristen Protestan
-           GMIM = 1.901 Jiwa
-           Pantekosta = 12 Jiwa
-           Advent = 3 Jiwa
Kristen Katolik = 5 Jiwa
Untuk Pekerjaan
·         Petani = 725 orang
·         Tukang = 239 orang
·         Peternak = 94 orang
·         Pegawai negeri sipil / TNI = 49 orang
·         Pegawai swasta = 343 orang
o   Jumlah = 1.450 orang [5]
A.2.2   Pemerintahan Desa Kayuuwi
            Di Kayuuwi pada mulanya dipimpin oleh Tonaas yang disebut Ukung Tua (orang yang dituakan dan menjadi pemimpin), istilah ini kemudian diperhalus oleh pemerintahan Belanda menjadi Hukum Tua. Berikut para Tonaas atau Hukum tua yang pernah memimpin Wanua Kayuuwi sampai sekarang:
1.      Tonaas Rorimpandey I (Tahun 1750-1800)
2.      Tonaas Rorimpandey II (Tahun 1800-1830)
3.      Tonaas Arnol Palar (Tahun 1830-1862)
4.      Hukum Tua Barnabaas Lintang (Tahun 1862-1892)
5.      Hukum Tua Estefanus Lapian (Tahun 1892-1916)
6.      Hukum Tua Herman Watung (Tahun 1914-1922)
7.      Hukum Tua Elvianus Lapian (Tahun 1922-1932)
8.      Hukum Tua Markus Lapian (Tahun 1932-1954)
9.      Hukum Tua Alexander Aring (Tahun 1954-1963)
10.  Hukum Tua Ayub Pedro Assa (Tahun 1963-1976)
11.  Hukum Tua J.H Watung (Tahun 1976-1979)
12.  Hukum Tua Hans Wiliam Lapian (Tahun 1980-1990)
13.  Hukum Tua Alex J. Walukow (Tahun 1990-1999)
14.  Hukum Tua Christian B. Rembet (Tahun 1999-2003)
15.  Plh. Hukum Tua Jhon J. Watung (Tahun 2003-Oktober 2003)
16.  Pjb. Hukum Tua Hengky Rondonuwu (Tahun 2003-Mei 2007)
17.  Hukum Tua Leopold Watung, BA (Tahun 2007-2009)
ü  Tahun 2010 didefinitifkan menjadi  kecamatan Kawangkoan Barat  terpisah dari Kecamatan kawangkoan (induk) dengan pembagian dua wilayah pemerintahan yaitu Kayuuwi dan kayuuwi I
Desa Kayuuwi
1.   Pjb. Hukum Tua Welem Raintung (Tahun 2010-juni 2011)
2.   Plh. Hukum Tua Ronny Rorimpandey (Juni 2011 – November 2011)
3.   Hukum Tua Welem Raintung (Tahun 2011-Sekarang)
Desa Kayuuwi 1
1.      Pjb. Hukum Tua Meiki Mamesah, SH (Tahun 2008- Juni 2011)
2.      Plh. Hukum Tua Vanly Rorimpandey (Juni 2011 – November 2011)
3.      Hukum Tua Meiki Mamesah, SH (November 2011-sekarang) [6]
B.        Tentang Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi
            Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi adalah kedudukan Wilayah Kawangkoan dua yang menaungi 5 jemaat lainnya yaitu:
1.      Jemaat Kalvari Tombasian Atas,
2.      Jemaat Eben Heazer Tombasin Bawah,
3.      Jemaat Imanuel Ranolambot,
4.      Jemaat Bukit Sion Kanonang dan
5.      Jemaat Efrat Kanonang. Jemaat GMIM
Jemaat juga memiliki 1 Sekolah Dasar GMIM Kayuuwi.
B.1.     Cakupan pelayanan
Jemaat GMIM Haleluya kayuuwi berjumlah 24 Kolom[7] dilayani oleh 5 pendeta jemaat, 1 Guru Agama dan 1 Vikaris Pendeta:
1.                  Pdt. Evlin Masie-Lintang, S.Th (Ketua Jemaat)
2.   Pdt. Roy Oktavianus Palit, S.Th (Pendeta Pelayanan)
3.                  Pdt. Felmy Muaya-Sondak, S.Th (Pendeta Pelayanan)
4.                  Pdt. Melan Iroth-Massie, S.Th (Pendeta Pelayanan)
5.                  Pdt. Olvi Rembet-Lolowang, S.Th (Pendeta PNS)
6.                  GA. Heneke Asa-Poluakan sejak bulan Agustus 2014 diganti oleh
GA. Jois Sondak-Lumintang
7.                  Vik. Pdt. Franky Daniel Mamahit, S.Teol
Badan Pekerja Majelis Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi
Ketua              : Pdt. Evelien Massie-Lintang, S.Th
Wakil Ketua    : Pnt. Soni Rondonuwu, S.Pd
Sekretaris        : Pnt. Andries Lintang, S.Pd
Bendahara       : Sym. Hely Rorimpandey-Rondonuwu
Anggota          : Pnt. Gerwin Masengi-Tikulembang
                          Pnt. Welem Raintung
                          Pnt. Marry Djaine Pandey-Aring
                          Pnt. Marry Kesek-Rembet
                          Pnt. Laurenst S. Rembet (P/KB)
                          Pnt. Jane Rumagit-Kaligis, SE (W/KI)
                          Pnt. Vandry Kallo, S.Kep.NS (Pemuda)
                          Pnt. Vanly Rorimpandey (Remaja)
                          Pnt. Alvince Wokas-Aring (Anak)
Alat kelengkapan Pelayanan yaitu Komisi-komisi, BIPRA, Kelompok Fungsional Lansia Jemaat:
Komisi-Komisi terdiri dari:
1.                  Komisi Pengembangan Sumber Daya dan dana
2.                  Komisi Pelayanan Doa dan Penginjilan
3.                  Komisi Musik Gereja
4.                  Komisi Pembangunan
BIPRA terdiri dari
1.                    BIPRA Jemaat
2.                    BIPRA Rayon
Pria/Kaum Bapa
-          P/KB Rayon Sion 1 (1-6)
-          P/KB Rayon Sion 2 (7-12)
-          P/KB Rayon Sejahtera 1 (13-18)
-          P/KB Rayon Sejahtera 2 (19-24)
Wanita/Kaum Ibu
-          W/KI Rayon Rut (1-6)
-          W/KI Rayon Elizabeth (8-12)
-          W/KI Rayon Maria (13-18)
-          W/KI Rayon Debora (19-24)
Pemuda
-          Pemuda Rayon Bukit Sion (1-12)
-          Pemuda Rayon Maranatha (13-24)
Remaja
-          Remaja Rayon Bukit Sion (1-12)
-          Remaja Rayon Maranatha (13-24)
Anak Sekolah Minggu
-          Rayon Talitakum (1-6)
-          Rayon Imanuel (7-12)
-          Rayon Galilea (13-18)
-          Rayon Anggel (19-24)
B.2.     Keadaan ipoleksosbudhankamnas
            Adapun keadaan Ipoleksosbudhankamnas dapat diuraikan sebagai berikut:
B.2.1   Ideologi
            Sebagai Gereja Tuhan Yang Tuhan hadirkan di tanah Minahasa ini secara khusus GMIM Haleluya Kayuuwi dalam melaksanakan Tugas panggilan Gereja Persekutuan (Marturia), Pelayanan (Koinonia), dan Diakonia (Diakonia) sebagai perwujudan dari Iman Kepada Tuhan Yesus Kristus [8] didasarkan pada Kesaksian Alkitab.
            Untuk menata pelayanan yang ada maka selalu mengaju pada Tata Gereja 2007 dan Adendum Tata Gereja 2007, sehingga gerak pelaksanaan pelayanan selalu berjalan Bersama-sama (Ber-Synhodos) baik dalam aras Sinode, Wilayah dan Jemaat.
B.2.2   Politik
            Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi hadir juga ditengah-tengah masyarakat desa kayuuwi Raya dalam partisipasi Politik artinya mendatangkan damai sejahtera dan kesejahteraan yang merupakan amanat Tuhan Allah atau misi Allah (Missio Dei).  Untuk itu keaadan Politik yang ada di desa kayuuwi sangat kondusif  pasca pemilihan Legislatif (DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, DPR RI dan DPD) DAN Pemilihan Presiden RI.
B.2.3   Ekonomi
            Roda perputaran Ekonomi di Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sangat baik mengingat jemaat Haleluya Kayuuwi yang pada umumnya berprofesi sebagai Tukang dan sebagian sebagai petani, pegawai Negeri dan Pegawai Swasta. Selain itu juga anggota jemaat memiliki kamauan untuk mengembangkan diri demi kesejahteraan keluarga.
            Banyak juga usaha-usaha pemberdayaan ekonomi yang dibuat seperti kelompok-Kelompok Tani P/KB, W/KI, Pemuda dan Remaja untuk menunjang segala program pelayanan yang ada. Selain itu ada juga usaha-usaha kecil dan menengah seperti pembuatan souvenir dari batang kelapa oleh Bapak Lukas Laaji. Semua ini menunjukan bahwa keadaaan ekonomi di jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sangatlah baik.

B.2.4   Sosial budaya
            Hidup dengan semangat gotong-royong atau mapalus[9] telah menjadi tabiat dan kebiasaan dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi. Hal ini dapat dilihat dari Ibadah kerja[10] sebagai bentuk merealisasikan Firman Tuhan[11] dan banyaknya Rukun-rukun Keluarga yang ada yang mempererat hubungan kekeluargaan satu dengan yang lainnya. Bahkan jemaat kayuuwi yang telah berdomisii di tempat lain membentuk Rukun keluarga seperti: Rukun Keluarga Di Jakarta, Rukun Keluarga di Manado, Rukun Keluarga di Bitung, dan ditempat-tempat lain. Hal ini menunjukan bahwa persatuan kekelurgaan di antar jemaat Kayuuwi sangat dipertahankan.
            Selain itu juga budaya kayuuwi yang merupakan kearifan lokal terus dipelihara karena mengikat rasa persaudaraan dan kekeluargana satu dengan yang lainnya. Budaya tersebut ialah:
1.      Budaya “brantang[12]
Budaya “Brantang” adalah kebiasaan yang terjadi pada peristiwa Duka. Budaya “Brantang” sama dengan Kumawus hanya saja budaya brantang tidak dilaksanakan Ibadah Syukur seperti budaya Kumawus hanya doa syukur kemudian makan bersama atau “brantang
Dalam budaya “brantang” yang dilaksanakan pada saat peristiwa duka baik disaat sebelum atau sesudah peakaman, di mingguan dan 40 hari. Untuk makanan tidak disediakan oleh keluarga melainkan oleh anggota kerukunan yang ada di desa kayuuwi, di mana semua membawa bahan makanan seperti beras dan uang atau batanda untuk digunakan dalam pengolahan makanan dalam acara “Brantang”. Sesudah makanan di siapkan maka semua akan makan bersama secara bergantian mengingat banyak yang menghadiri acara “Brantang” bahkan lebih banyak dari acara pemakaman.
2.      Budaya Kumiit[13]
Budaya kumiit di adakan pada saat sesudah acara pernikahan. Dalam budaya ini Perempuan yang telah berstatus sebagai Istri tidak langsung tinggal dengan Sang Suami nanti keesokan harinya keluarga Perempuan akan menghantar anak mereka di rumah dari sang suami dari anak mereka dengan membawa berbagai perlengkapan rumah tangga dan Sembilan bahan pokok kemudian dilaksanakan acara Kumiit. [14]
Acara kumiit ini didahului dengan ibadah syukur setelah itu ada petuah-petuah dari orang tua atau yang dituakan untuk bekal dalam berumah tangga kemudian penyerahan perlengkapan dapur dan Sembilan bahan pokok oleh yang dituakan di Keluarga, Ketua Jemaat/BPMJ/Pendeta, Hukum Tua disertai dengan nasehat, sesudah itu makan bersama. [15]
3.      Budaya Sumakey[16]
Sumakey artinya bertamu. Tamu yang di maksud adalah Anak yang telah lama diharapkan kedatangannya dan para keluarga dan tetangga yang datang membawa makanan sebagai wujud syukur sekaligus bertamu untuk melihat anak yang baru lahir.[17] Adapaun tamu yang dimaksud bukan hanya para ibu-ibu yang sudah memiliki anak tetapi juga para ibu-ibu yang belum memiliki anak sama-sama bersyukur dengan keluarga [18]
Sampai saat ini di jemaat kayuuwi masih mempertahankan budaya tersebut sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan ditengah berbagai tantangan sekarang ini. Sebab hal ini menjadi identitas dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi.
B.2.5   Pemerintahan dan keamanan
            Berbicara jemaat berarti berbicara desa” ungkapan ini selalu dinyatakan baik pendeta, Penatua, Sym, Hukum Tua, Kepala Jaga, Meweteng dalam setiap kesempatan mengingat 99,9 % penduduk Desa Kayuuwi adalah Warga GMIM. Itu berarti hubungan Gereja dan Desa terjalin dengan baik saling bekerja sama satu dengan lainnya untuk kebaikan bersama.
B.2.6   Pendidikan
            Jemaat GMIM Haleluya kayuuwi untuk pendidikan sangat memadai. Jadi untuk Sumber Daya Manusia dari Jemaat sangat baik. Banyak anggota jemaat yang telah mengalami keberhasila dalam karisnya baik di bidang pemerintahan, di swasta, bahkan dalam karis Politik.
B.2.7   Kesehatan
            Jemaat sangat menjaga kebersihan lingkungan yang ada sebagai bagian dari iman. Dengan berbagai kegiatan kebersihan lingkungan yang dilaksanakan baik Gereja maupun desa semakin mendorong jemaat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena wabah malaria sangat kecil di jemaat Haleluya Kayuuwi tinggal jemaat menjaga pola makan yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit yang mematikan.
C.        Tujuh peran Pendeta
            Selama masa vikariat khususnya dalam tahapan Praktek Kependetaan maka penulis diharapkan agar melakukan berbagai bentuk kegiatan Pelayanan (Sebagaimana diatur dalam Petunjuk Pelaksaan masa vikariat GMIM) dibawah bimbingan mentor jemaat dan mentor wilayah.
            Adapun bentuk-bentuk pelayanan tersebut diuraikan dalam tujuh peran pendeta yang berdasarkan Alkitab, yaitu:
1.         PERAN IMAM
Peran pendeta sebagai Imam mempersiapakan ibadah, mengajarkan Firman Tuhan, melaksanakan katekisasi, mengatur pemberian persembahan dan melihat/menyaksikan pelaksanaan pelayanan Sakramen dan ibadah-ibadah peneguhan/pelantikan (komisi, Badan, Panitia, Tim kerja).
2.         PERAN GEMBALA
Peran pendeta sebagai gembala adalah melaksanakan tugas penggembalaan/ Pendampingan Pastoral dalam rangka menjaga kehidupan jemaat agar memelihara jiwa dan rohani serta memberikan perhatian
3.         PERAN PENGKHOTBAH
Peran pendeta sebagai Pengkhotbah adalah memberitakan Firman Tuhan melalui khotbah dalam setiap ibadah
4.         PERAN PENDIDIK
Peran pendeta sebagai pendidik adalah memberikan pengajaran katekisasi, memperlengkapi Pelayan Khusus, memperlengkapi Guru Sekolah Minggu, memperlengkapi Komisi BIPRA, komisi kerja dan mengajarkan hidup sehat dan melestarikan lingkungan hidup, dan sebagainya.
5.         PERAN PEMIMPIN
Peran Pendeta sebagai pemimpin adalah memimpin rapat-rapat dan memimpin berbagai kegiatan Gerejawi lainnya
6.         PERAN ADMINISTRATOR
Peran pendeta sebagai administrator adalah melaksanakan tugas-tugas administrasi Gereja dan merancang serta melaksanakan program jemaat
7.         PERAN PENELITI/PENGEMBANG
Peran pendeta sebagai peneliti dan pengembang adalah melakukan berbagai riset atau penelitian yang berkaitan dengan hal-hal yang urgen yang sedang terjadi di jemaat, atau hal-hal yang menyangkut masalah teologis.


[1]  Etimologi adalah asal asul kata
[2] Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  Sejarah Jemaat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  2003), hal. 7
[3]  Mawale berasal dari kata nimawale artinya perumahan/tempat berdiam. Di mawale inilah terdapat waruga-waruga (tempat penguburan orang mati, khusunya orang yang berpengaruh yang dianggap sakti)
[4] Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  Sejarah Jemat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  2003), hal. 4-5
[5] Data sensus Desa Kayuuwi
[6] Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  Sejarah Jemat GMIM Kayuuwi Edisi Kedua (Kayuuwi: Majelis jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi,  2003), hal. 7
[7] Lih. Lampiran 1 untuk nama-nama Penatua dan Syamas
[8] Bdk. Tata Gereja 2007 hal. 1
[9] Mapalus bagi orang Minahasa memiliki makna kebersamaan dalam keadilan dan persaudaraan. Lih. Tim kerja penerbitan buku penghormatan HUT Ke-80 Pdt. Prof. DR. W.A. Roeroe, Melayani Gereja dan masyarakat secara utuh (Tomohon: UKIT Press, 2013) hal. 159
[10] Ibadah kerja dilaksanakn oleh jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sebagai bentuk realisasi dari Firman Tuhan. Adapun bentuk ibadah kerja melalui bedah Rumah di jemaat dan membantu pekerjaan yang ada digereja-gereja lain bahkan lewat bakti social seperti membantu korban bencana alam di Manado.
[11] Penjelasan dalam Khotbah Pdt. Evelien Massie-Lintang, S.Th
[12]  Budaya Barntang akan ditelusuri lebih mendalam dan akan dilaporkan pada laporan selanjutnya
[13] Budaya Kumiit akan ditelusuri lebih mendalam dan akan dilaporkan pada laporan selanjutnya
[14] Pnt. Andries Lintang, S.Pd penjelasan dalam acara Kumiit
[15] Ibid
[16] Budaya Sumakey akan ditelusuri lebih mendalam dan akan dilaporkan pada laporan selanjutnya
[17]  Wawancara dengan bpk. Fredy Masengi
[18] Penjelasan dalam Khotbah oleh Pdt. Hermanus Ventje Paat, S.Th

LAMPIRAN