Sabtu, 16 Mei 2015

AER TERJUN PARARANGEN-KAYUUWI (Waterfall Pararangen-Kayuuwi)


WATER FALL PARARANGEN-KAYUUWI
(Fotografer: AmandaLoho, Bobyedmond, Grenhiilweol, dan Ekaegeten. 13052015)

 
Roong Kayuuwi (Desa kayuuwi) terletak di kecamatan kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa menyimpan keindahan alam ciptaan Tuhan yang maha indah yaitu Aer Terjun Pararangen yang terletak 1.500 meter dari desa kayuuwi. Untuk tiba di Aer Terjun Pararangen dari Desa Kayuuwi, maka perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor sepanjang 1.000 meter kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki yang menempuh 500 meter. Di sepangjang perjalanan pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan alam baik bukit-bukit persawahan maupun hutan yang sangat menyejukkan. 
 

Aer Terjun Pararangen itulah namanya yang memang terletak di perkebunan pararangen. Adapun arti dari pararangen secara etimologi dari bahasa Tountemboanrara” yang artinya jalan yang bertangga-tangga. Jadi untuk sampai ke aer terjun pararangan maka pengunjung harus melewati jalan yang bertangga-tangga. Namun sekalipun pengunjung harus melewati jalan yang bertangga-tangga di samping kiri-dan kanan adalah jurang, pengunjung akan terpesona dengan keindahan alam yang sangat luar biasa.
Ada dua hal yang menjadi keunikan dari aer terjun pararangen, yaitu pertama dibalik keindahan terdapat sumber mata air panas dan kedua cerita rakyat “anak dan orang tua”. Cerita ini bersumber dari cerita-cerita orang tua yang terus dijaga dan dipelihara sekalipun sekarang di tengah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi dengan arus globalisasi yang sangat kuat banyak yang tidak mengetahuinya lagi.
Cerita rakyat tentang “anak dan orang tua” seperti berikut:
“Dahulu ada satu keluarga yang mempunyai seorang anak yang sangat kuat. Oleh karena anak ini sangat kuat maka sang anak ini seringkali menghabiskan makanan yang ada diruma. Oleh karena anak ini seringkali menghabiskan makanan yang tersedia, maka sang ayah memutuskan untuk membunuhnya dengan cara melemparkan ke tebing aer terjun pararangen dan menimpanya dengan batu besar. Namun oleh karena anak ini sangat kuat maka batu yang menimpanya diangkatnya kemudian dilemparkan ke tebing aer terjun sehingga terbentuklah sebuah gua yang kemudian menjadi tempat tinggalnya. Kemudian anak tersebut datang kepada orang tuanya dan mengatakan “papa ini mosemati kote pakita, mar lia itu batu yang papa ada lempar akan pa kita, kita so lempar kong so jadi goa.” (Sember cerita: Bpk. Fredik Masengi yang sudah berumur 83 tahun. Beliau adalah tua-tua jemaat/kampung).
 
Lewat cerita ini mau mengingatkan bahwa orang tua harus menerima setiap kekurangan dan kelebihan seorang anak dan seorang anak jangan menjadi serakah kepada orang tua. Memang setiap cerita rakyat membawakan pesan positif bagi generasi sekarang ini. Seperti ketika kita mengunjungi aer terjun pararangen dengan pemandangan alam yang luar biasa.
Ketika pengunjung tiba di aer terjun pararangen yang memiliki ketinggian 100 meter ini, maka sepanjang mata memangdang ada rasa takjub penuh heran dan berkata dalam hati sungguh indah karya tanganmu Si Amang Kasuruan.