WATER FALL PARARANGEN-KAYUUWI
(Fotografer: AmandaLoho, Bobyedmond, Grenhiilweol, dan Ekaegeten. 13052015)
(Fotografer: AmandaLoho, Bobyedmond, Grenhiilweol, dan Ekaegeten. 13052015)
Roong Kayuuwi (Desa kayuuwi)
terletak di kecamatan kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa menyimpan keindahan
alam ciptaan Tuhan yang maha indah yaitu Aer Terjun Pararangen yang terletak
1.500 meter dari desa kayuuwi. Untuk tiba di Aer Terjun Pararangen dari Desa
Kayuuwi, maka perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor
sepanjang 1.000 meter kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki yang menempuh 500
meter. Di sepangjang perjalanan pengunjung akan dimanjakan dengan keindahan alam
baik bukit-bukit persawahan maupun hutan yang sangat menyejukkan.
Aer Terjun Pararangen itulah namanya yang memang terletak
di perkebunan pararangen. Adapun arti dari pararangen secara etimologi dari
bahasa Tountemboan “rara” yang artinya jalan yang bertangga-tangga.
Jadi untuk sampai ke aer terjun pararangan maka pengunjung harus melewati jalan
yang bertangga-tangga. Namun sekalipun pengunjung harus melewati jalan yang
bertangga-tangga di samping kiri-dan kanan adalah jurang, pengunjung akan
terpesona dengan keindahan alam yang sangat luar biasa.
Ada dua hal yang menjadi keunikan dari aer terjun
pararangen, yaitu pertama dibalik keindahan terdapat sumber mata air panas dan
kedua cerita rakyat “anak dan orang tua”. Cerita ini bersumber dari cerita-cerita
orang tua yang terus dijaga dan dipelihara sekalipun sekarang di tengah
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi dengan arus globalisasi yang sangat
kuat banyak yang tidak mengetahuinya lagi.
Cerita rakyat tentang “anak dan orang tua” seperti berikut:
“Dahulu
ada satu keluarga yang mempunyai seorang anak yang sangat kuat. Oleh karena
anak ini sangat kuat maka sang anak ini seringkali menghabiskan makanan yang
ada diruma. Oleh karena anak ini seringkali menghabiskan makanan yang tersedia,
maka sang ayah memutuskan untuk membunuhnya dengan cara melemparkan ke tebing
aer terjun pararangen dan menimpanya dengan batu besar. Namun oleh karena anak
ini sangat kuat maka batu yang menimpanya diangkatnya kemudian dilemparkan ke
tebing aer terjun sehingga terbentuklah sebuah gua yang kemudian menjadi tempat
tinggalnya. Kemudian anak tersebut datang kepada orang tuanya dan mengatakan “papa
ini mosemati kote pakita, mar lia itu batu yang papa ada lempar akan pa kita,
kita so lempar kong so jadi goa.” (Sember cerita: Bpk. Fredik Masengi yang
sudah berumur 83 tahun. Beliau adalah tua-tua jemaat/kampung).
Lewat cerita ini mau mengingatkan bahwa orang tua harus
menerima setiap kekurangan dan kelebihan seorang anak dan seorang anak jangan
menjadi serakah kepada orang tua. Memang setiap cerita rakyat membawakan pesan
positif bagi generasi sekarang ini. Seperti ketika kita mengunjungi aer terjun
pararangen dengan pemandangan alam yang luar biasa.
Ketika pengunjung tiba di aer terjun pararangen yang
memiliki ketinggian 100 meter ini, maka sepanjang mata memangdang ada rasa
takjub penuh heran dan berkata dalam hati sungguh indah karya tanganmu Si Amang
Kasuruan.